Saya Adalah Seorang Blogger Yang Menulis Untuk Anda dan Berusaha Menyajikan Info Yang Terbaik

Gus Dur Sang Jagoan

Pada Hari : Thursday, December 31, 2009 | Jam : 3:46 PM
KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah kiai besar. Gus Dur adalah politikus ulung. Gus Dur adalah Kiai Bangsa dan yang paling penting ia adalah Guru Bangsa.



Namun siapakah Gus Dur itu sebenarnya. Dari mana ia berasal, mengapa ia bisa menjadi salah satu tokoh paling fenonemal di Indonesia.
Gus Dur adalah putra dari mantan Menteri Agama, KH Wahid Hasyim dan ibunya bernama Solichah. Ia lahir 4 Agustus 1940. Ia adalah putra pertama dari enam bersaudara. Ia juga terlahir dengan nama Abdurrahman Addakhil.. Addakhil sendiri berarti Sang Penakluk. Sedangkan nama Wahid adalah panggilan ayahnya.



Sejak kecil Gus Dur memang erat dengan nuansa Nahdhatul Ulama (NU). Sebab ia tak lain adalah cucu dari pendiri sekaligus panutan masyarakat NU, KH Hasyim Asyari. Sedangkan dari pihak ibu, ia adalah cucu dari KH Bisri Sansuri, pendiri sekaligus pemimpin Pondok Pesantren Denanyar Jombang.



Kehidupan masa kecil Gus Dur memang lebih banyak dihabiskan di Jakarta dan Jombang. Hal ini karena pekerjaan ayahnya sebagai Menteri Agama dan Ketua dari Partai Masyumi.
Semasa kecil, ia sempat bersekolah di SD KRIS sebelum pindah ke SD Matraman Perwari.
Kehidupan Gus Dur kecil memang sangat erat dengan budaya membaca. Sejak kecil ia sudah dibiaakan untuk membaca buku-buku non-Muslim, majalah, dan koran. Saat berusia 13 tahun, Gus Dur harus kehilangan ayah tercintanya akibat kecelakaan mobil.



Tanpa kehadiran sang ayah tak membuat Gus Dur berkecil hati untuk menuntut ilmu. Sejak kecil, ibunya mengirimnya untuk belajar di berbagai daerah, seperti Yogyakarta, Magelang dan Jombang sendiri. Tak hanya dalam negeri, ia juga mencari ilmu di negeri orang. Mulai tahun 1964 hingga 1966 ia belajar di Universitas AL Azhar, Kairo, Mesir fakultas Syari’ah. Usai di Mesir, dirinya terbang ke Baghdad, Irak untuk menyelesaikan studinya di fakultas Abad jurusan Sastra Arab.
Aktifitas perpolitikan Gus Dur memang tumbuh sejak bangku kuliahnya di AL Azhar. Ia menjabat sebagai wakil ketua Himpunan Pemuda Peladjar Indonesia di Cairo – United Arab Republic (Mesir). Selama di Mesir, Gus Dur juga dipekerjakan di Kedutaan Besar Indonesia. Pulang dari Baghdad, Gus Dur lebih banyak berkecimpung di Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Organisasi ini menelurkan majalah yang bernama Prisma dan Gus Dur menjadi salah satu kontributor majalah itu.



Jurnalistik sepertinya tidak pernah lepas dari kehidupan Gus Dur. Ia sering menulis untuk Tempo dan koran Kompas. Artikelnya diterima dengan baik dan ia mulai mengembangkan reputasi sebagai komentator sosial.



Selain intensif menulis, Gus Dur juga mulai menyentuh pekerjaan menjadi guru. saat itu ia bergabung di Universitas Hasyim Asyari sebagai dekan Fakultas Praktek dan Kepercayaan Islam.
Namun pemikirannya yang terkadang terlalu ‘haus’ membuat ia kurang puas sebagai seorang guru. ia pun mulai mengembangkan sayap.



Ia pun mulai mengepakkan sayap ke PBNU, saat itu, ia didapuk sebagai Katib Awwal PBNU, mulai tahun 1980 hingga 1984. Nah, mulai tahun 1984 hingga tahun 2000, ia mendapatkan kesuksesan di organisasinya, yakni ketika didapuk sebagai Ketua Dewan Tanfidz PBNU.



Selain berkecimpung dengan dunia NU, Gus Dur juga pernah menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) periode 1987-1992. Tak hanya itu, ia juga pernah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI periode 1989-1993. Puncak kariernya adalah ketika menjadi orang nomor satu di Indonesia. Gus Dur menjadi presiden keempat RI preiode 1999-2001.



Siapa sangka, sosok Gus Dur yang begitu erat dengan politik dan agama ternyata juga erat dengan kesenian. Gus Dur pernah menjadi Ketua Umum Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) mulai tahun 1982 hingga 1985. Tak hanya itu ia juga pernah menjadi juri di Festival Film Indonesia (FFI) tahun 1986 dan 1987..



Kini sosok yang pernah menjadi juri FFI, penulis ulung, politikus handal, serta guru dan kyai bangsa itu telah meninggalkan kita pukul 19.45 malam tadi. Gus Dur telah meninggalkan banyak kenangan yang tidak akan kita lupakan. Selamat jalan Gus, semoga amal ibadahmu diterima di sisi-Nya.

No comments:

Post a Comment

Silahkan Berkomentar Aapaa.. Aja Yang Saudara Suka, Baik dan Buruk Akan Saya Terima!!!

Search

Artikel Lainnya


Arsip Blog